Prof. Edvin Aldrian

  • Expertise: Climate, Meteorology, Carbon Cycle
  • Place and date of birth: Jakarta, 2 August 1969​


Envelope


Facebook


Twitter


Youtube


Prof. Edvin Aldrian holds a doctoral degree from Max-Planck Institut fur Meteorologie/University of Hamburg in Germany (2003). Previously, he completed his Master’s degree at the Institute of Hydrospheric and Atmospheric Science (IHAS), Nagoya University, Japan (1998) and his Bachelor’s degree in Engineering Physics at McMaster University, Canada (1993). He also went to study in the Department of Engineering Physics, Institut Teknologi Bandung (ITB), Indonesia in 1988. Prof. Edvin Aldrian was born in Jakarta, 2 August 1969.

  • Accolades

  • International START Young scientist 2004
  • Habibie Award 2018
  • Kemenristekdikti SINTA Award 2018
  • Satya Lencana Pembangunan 2018
  • Wira Karya 2020
  • Satyalancana Karya Satya X Tahun
  • Satyalancana Karya Satya XX Tahun
  • Satyalancana Karya Satya XXX Tahun
  • Affiliations

  • [2015-2023] Vice-Chair, Working Group 1, Intergovernmental Panel of Climate Change (IPCC)
  • [Since 2021] Expert in Climate & Meteorology, National Research & Innovation Agency of Indonesia (BRIN)
  • [2014-2016] Director of Research & Development Center, Meteorology, Climatology & Geophysical Agency of Indonesia (BMKG)
  • Education

  • [1988] Department of Engineering Physics, Institut Teknologi Bandung (ITB) – Indonesia
  • [1993] Bachelor of Engineering Physics, McMaster University – Canada
  • [1998] Master Program in the Institute of Hydrospheric and Atmospheric Science (IHAS), Nagoya University – Japan
  • [2003] Doctoral Program, Max-Planck Institut fur Meteorologie/University of Hamburg – Germany
  • Quotes

  • Ada lima sektor yang disoroti IPCC. Sektor yang paling kuat itu biasanya energi lalu kehutanan. Tapi khusus untuk Indonesia, sebetulnya yang paling mengkhawatirkan itu kehutanan.
  • Ada beberapa PR urgent di sektor kehutanan. Pertama persoalan penegakan hukum, kemudian lahan gambut, yang ketiga itu hutan untuk energi atau untuk pangan. Kita punya lahan kan terbatas. Lahan yang ada ini mau kita manfaatkan untuk apa?
  • Dalam laporan terakhir IPCC bulan Agustus kemarin, ada kemungkinan bahwa hutan Amazon akan berhenti menjadi paru-paru karbon dunia di masa mendatang. Sayangnya, studi semacam itu kan belum banyak di Indonesia. Jadi kita bisanya kaget doang. Itu sebetulnya jadi warning buat Indonesia, karena kita kan termasuk paru-paru dunia.
  • Moratorium dan restorasi gambut itu dua hal yang penting dan harus terus dilakukan, karena (lahan gambut) adalah carbon pool. Artinya, sumber paru-paru dunia dan energi dunia, seperti batubara muda yang terbentuk di Kalimantan.

View all experts